Sunday, 15 January 2012

Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan Sosial Bangsa Indonesia

Sebagai Warga Negara Indonesia, tentunya kita tahu adanya Pancasila. Tapi, apakah sebenarnya fungsi pancasila?.

Pancasila adalah lima nilai dasar yang ada dan berkembang bersama bangsa Indonesia sekaligus penggerak perjuangan bangsa pada masa kolonialisme. Pada pembukaan UUD 1945, Pancasila disahkan mejadi Dasar Negara Republik Indonesia. Berikut ini beberapa fungsi utama Pancasila:
  1.  Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
  2. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang berarti bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila.
  3. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Berdasarkan  penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memiliki nilai-nilai yang luhur yang patut untuk diamalkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Sebagai dasar dan ideologi negara, pancasila memiliki nilai-nilai antara lain:
  1. Nilai ideologi, yaitu pandangan dan sikap hidup.
  2. Nilai politik, yaitu nilai kenegaraan.
  3. Nilai ekonomi, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas-asas kekeluargaan.
  4. Nilai sosial.
  5. Nilai kebudayaan.
Banyak sekali bukan hal-hal positif yang dapat kita amalkan dari pancasila? terutama dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila memiliki kaitan pula dengan Ilmu Sosial Dasar, mengapa? karena dalam Ilmu sosial dasar kita mempelajari tentang permasalahan sosial, pembentukan sikap dan kepribadian, serta kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam masyarakat terutama di Indonesia. Untuk itu, pancasila memilki peranan yang kuat sebagai pedoman bangsa Indonesia dalam implementasi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Berikut ini merupakan isi pancasila, dan perilaku yaang sesuai dengan sila-sila yang terdapat pada pancasila.

PANCASILA
  1. Ketuhanan yang Maha Esa
      Pada sila pertama ini, pengamalan yang sesuai diantaranya:
    - Percaya dan taqwa kepada tuhan YME sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
    - Menghormati kemerdekaan orang lain untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
    - Berlaku toleran atau bertoleransi antar umat beragama dan kepercayaan.
    - Menjalin hubungan baik, kerukunan, dan kerjasama antar umat beragama dan kepercayaan.
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
    Pada sila kedua, perilaku yang sesuai yang dapat diwujudkan antara lain:
    - Menghormati HAM.
    - Menempuh jalur hukum untuk menjamin keadilan dan tidak main hakim sendiri.
    - Memperlakukuan setiap orang sama rata, tidak membeda-bedakan keturunan, bangsa, warna kulit, agama, jenis kelamin, dll.
    - Memperjuangkan kepastian hukum dan menegakkan keadilan.
  3. Persatuan Indonesia
    Perilaku yang mencerminkan sila ketiga ini, yaitu:
    - Mempertahankan dan membela kemerdekaan, keutuhan wilyah, keamanan, dan kesejahteraan Indonesia.
    - Memajukan persatuan bengsa dan persatuan sesana warga negara
    - Menolak dan menghindari segala macam bentuk diskriminasi serta penyakit sosial diantaranya korupsi, pemerasan, dan pungutan liar (pungli).
    - Menjunjung tinggi serta turut aktif mengembagkan kebudayaan nasional Indonesia, bahasa Indonesia, serta pandangan hidup dan moral bangsa.
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
    Pada sila keempat ini, beberapa contoh pengamalannya yaitu:
    - Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama, serta melaksanakan hasil keputusannya.
    - Turut aktif mengikuti pemilihan umum, diantaranya pemilihan anggota DPR, pemilihan presiden, pemilihan gubernur, pemilihan bupati /walikota.
    -Mengikuti kegiatan dalam dunia politik dan pemerintahan negara baik secara langsung maupun tidak langsung.
    - Mematuhi hukum nasional dan UUD 1945 serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  5. Keadilan sosial begi seluruh rakyat Indonesia.
    - Memperjuangkan agar tiap-tiap warga negara, terutama yang lemah kedudukannya dapat ikut dalam perekonomian dan mendapat bagian yang wajar dari pendapatan nasional untuk mewujudkan kesejahteraaan pribadi dan keluarganya masing-masing.
    - Memperjuangkan agar tiap-tiap warga negara dapat menikmati haknya atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
    - Aktif membayar pajak secara jujur sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
    - Menghindari dan turut mendukung pemberantasan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
Hal-hal tersebut diatas hanya beberapa contoh yang positif dalam pengamalan Pancasila di kehidupan sehari-hari sebagai bangsa Indonesia, tentunya masih banyak lagi hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengamalkan pancasila sesuai bidang masing-masing.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa akan lebih bermakna apabila diwujudkan dengan pengamalan secara bertanggung jawab. Semoga kita sebagai warga negara Indonesia dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan mewujudkan cita-cita nasional dengan pengamalan Pancasila dengan sesuai dengan bidang masing-masing.

Sumber:











Friday, 13 January 2012

Saya, dalam Membangun Karakter

Pengalaman mengajarkan segalanya, itu  kalimat yang teringat oleh saya tentang pengalaman. Banyak hal yang terjadi dalam hidup dan tentunya memiliki arti dan pengalaman tersendiri. Begitu juga dengan saya, mungkin banyak pengalaman yang saya dapat, namun tidak semuanya memberi arti yang baik dan mengajarkan saya hal yang baik.

Salah satu pengalaman sosial saya, adalah menghadiri suatu seminar yang diselenggarakan oleh UKM Fajrul Islam Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Desember 2011 yang lalu. Seminar ini bertema "Bangkitnya Generasi Muda Indonesia", dan diberi judul "Membangun Karakter Pemuda Islam Sebagai Agen Perubahan Bangsa". Topik ini memang menarik perhatian saya, dan pastinya menarik bagi pemuda lainnya yang ingin membangun karakternya menjadi lebih baik. Seminar ini diadakan di Universitas Gunadarma (which is my college, hehe..) tepatnya di kampus D jalan Margonda Raya 100 Depok. It was great to be there!. Bagaimana tidak, seminar ini dihadiri oleh 2 narasumber yang kompeten, yaitu Bpk. Dr. Adyaksa Dault, SH, MSi (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga) , dan juga Bpk. Budi Prijanto SE. MMSi (Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma dan Pembantu Dekan III, Fakultas Ekonomi UG).

Seminar ini berlangsung sekitar 90 menit, waktu ini benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para panitia untuk menyuguhkan seminar yang efektif dan bermanfaat. Pada awal seminar, Bpk. Budi Prijanto memulai dengan memberi beberapa devinisi tentang karakter serta penjelasan lebih lanjut, dan juga beberapa contoh yang berkesinambungan dengan karakter . Secara singkat, dapat saya simpulkan bahwa karakter adalah sifat yang terbentuk dari kebiasaan dan lingkungan, karakter adalah sikap yang dapat dibentuk atau dibangun oleh seseorang. Dilanjutkan dengan penjelasan tentang leadership (kepemimpinan) oleh Bpk. Adyaksa Dault, beliau menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan sesorang untuk dapat mempengaruhi. Kemampuan untuk mempengaruhi adalah hal yang sepatutnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Pengaruh yang seperti apa? tentunya pengaruh yang membawa kebaikan dan kemajuan untuk diri sendiri dan di  lingkungan sekitar.

Selanjutnya penjelasan pun tertuju kepada topik seminar, yaitu membangun karakter pemuda Islam sebagai agen perubahan bangsa. Dalam penjelasannya, Bpk. Adyaksa Dault menjelaskan bahwa, pemuda islam seharusnya berani mengakui keimanannya terhadap Islam. Beliau juga menyerukan untuk tidak ragu dan takut untuk mengakui, dan bangga dengan ajaran Islam yang dipercayai dan sebagai agama yang diyakini. Pemuda Islam juga perlu membawa pengaruh yang baik bagi pemuda-pemuda lain disekitarnya. Cara yang dapat diaplikasikan untuk membawa pengaruh baik bermacam-macam, tapi tentu saja, dengan cara apapun yang digunakan semua harus sesuai dengan norma-norma dalam Islam. Sebagai pengaruh, pemuda Islam wajib memiliki karakter tersendiri. Seperti penjelasan dari Bpk. Budi Prijanto sebelumnya, bahwa karakter seseorang dapat dibangun. Hubungannya dengan pengaruh yang dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu ada baiknya seorang pemuda membangun karakternya sedini mungkin dengan hal yang positif, seuatu yang mampu membawa kemajuan baik untuk dirinya sendiri, setelah itu berguna bagi masyarakat di sekitarnya.

Dari penjelasan pada seminar yang saya hadiri tersebut, saya dapat mempelajari beberapa hal yang dapat diaplikasikan dengan sederhana dalam keseharian, diantaranya:
  • Keimanan dan hubungan baik terhadap Allah SWT perlu senantiasa dipertahankan.
  • Karakter adalah sesuatu yang dapat dibangun, untuk itu biasakan untuk melakukan hal-hal yang positif yang memberi efek  kabaikkan dan kemajuan untuk diri sendiri dan lingkungan.
  • Speak up!, yaitu berani mengutarakan pendapat, dengan tetap mengutamakan norma-norma yang berlaku dalam Islam, serta tetap harus menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain.
  • Act as my self, not to be another else. Berlaku sebagai diri sendiri dan tetap pada pendirian sendiri serta tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan norma-norma Islam.
Dari kunjungan saya beberapa waktu lalu di acara seminar tersebut, kini saya dapat mengerti tentang karakter dan apa yang perlu dibangun sebagai pemuda Islam. Pengalaman ini tentu mengajarkan saya hal yang aplikatif yang dapat saya lakukan dalam keseharian, dan juga mengajarkan saya tentang perlunya membamgun karakter pemuda Islam untuk membawa pengaruh yang baik untuk bagi diri sendiri dan lingkungan.

Demikian pengalaman sosial yang dapat saya bagikan. Dari pengalaman ini, saya berharap agar  dapat mengembangkan karakter untuk lebih baik dan bermanfaat untuk kemajuan diri sendiri dan lingkungan, Insya Allah:)


Thank you for reading, I hope you enjoy it and get the benefit from this post.
See you soon,/bye




Wednesday, 11 January 2012

Ilmu Sosial Dasar dan Kaitannya Dengan Pemuda

Ilmu sosial dasar, sudah pernahkah mendengar tentang ini sebelumnya? Berikut ini adalah hasil ringkasan dari buku MKDU ILMU SOSIAL DASAR, yang isinya mengenai ilmu social dasar, beserta permasalahnnya. dan juga pembahasan tentang pemuda dalam kehidupan social di Indonesia.  Dikutip dari buku MKDU ILMU SOSIAL  DASAR bahwa, “ilmu social dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah social,khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang keahlian dalam lapangan-ilmu social seperti sejarah, ekonomi, geografi social, sosial, antropologi,psykologi social”(Harwantiyoko&Katuuk ,Neltje F. :1997:4). Jadi, dalam ilmu social dasar ini,disajikan tentang penjelasan, pembelajaran tentang masalah-masalah social yang cakupannya cukup luas. Tujuannya adalah agar individu dapat memahami berbagai masalah social yang terjadi di masyarakat, serta peka dengan masalah social itu dan tanggap untuk turut menanggulanginya.

 Membahas tentang ilmu social dasar, erat kaitannya dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Apa kaitannya? Kebudayaan merupakan nilai-nilai yang dianut dan dipatuhi oleh sekelompok masyarakat yang menempati suatu wilayah. Masyarakat yang menempati suatu wilayah tersebut, pada umumnya memiliki kebudayaan yang khas. Kebudayaan itu bersifat mengikat. Individu yang tidak mematuhi kebudayaan yang berlaku di wilayahnya bisa saja dianggap aneh, kurang susila, bertentangan dengan kodrat alam, dan sebagainya. Kembali lagi kepada hakikat kebudayaan itu sendiri, bahwa peraturan atau nilai-nilai tersebut hanya berlaku di suatu wilayah tertentu. 

Sebagai pemuda, bagaimana seharusnya para pemuda menyikapi kebudayaan yang ada pada wilayahnya masing-masing?. Dalam perkembangan informasi yang sangat  luas, saat ini tidak sulit bagi setiap orang untuk memperoleh informasi. Dalam perkembangan arus informasi yang pesat ini, pemuda dihadapkan oleh banyak pilihan yang berasal dari banyak tempat pula. Hal ini menyebabkan para pemuda dituntut untuk bisa menyaring setiap informasi yang diperolehnya, supaya tidak terpengaruh oleh efek negatif perkembangan informasi.

Di Indonesia, berlaku PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA. Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda ini ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal 28 oktober 1978. Tujuan dari pola dasar ini adalah agar semua pihak yang turut serta berkepentingan dalam pengembangannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah. Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan:
  1.  Landasan idiil : Pancasila
  2.  Landasan Konstitusional :  Undang-Undang Dasar 1945
  3.  Landasan strategis : Garis garis Besar Haluan Negara
  4. Landasan Historis : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
  5.  Landasan normative : Etika, tata nilai dasar luhur yang hidup dalam masyarakat.
Dasar dari Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda, ialah strategi pencapaian tujuan nasional, seperti yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.  Lalu, apa sebenarnya pengertian dari Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda? Ada 2 pokok pengertian, diantaranya:
  1. Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
  2.  Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembagan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
 Ada 2 hal yang perlu diperhatikan tentang generasi muda. Pertama, permasalahan generasi muda, dan kedua adalah potensi generasi muda. Walaupun terdapat permasalahan pada generasi muda, tetapi generasi muda masih memiliki potensi sebagai tujuan dan bekal masa depannya. Permasalahan yang ada pada generasi muda yaitu:
  •  Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat khususnya generasi muda.
  •  Kekurang pastian yang dialami pemuda atas masa depannya.
  • Belum seimbangnya  fasilitas pendidikan baik formal maupun informal, serta putus sekolah yang berakibat merugikan bagi generasi muda dan juga bangsa.
  • Kurangnya lapangan kerja, berakibat banyaknya pengangguran di kalangan generasi muda yang berakibat berkurangnya produktivitas nasional, memperlambat laju pembangunan nasional, serta permasalahan lainnya.
  •  Kekurangan gizi, berdampak hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisik generasi muda.
  •  Masih banyaknya perkawinan di bawah umur.
  •  Penyakahgunaan narkotika.
  •  Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
    Namun, dibalik masalah-masalah yang dihadapi para generasi muda, generasi muda yang menjadi harapan bangsa, tentunya masih memiliki potensi, antara lain:
    •  Idealisme dan daya kritis, namun tetap perlu bertanggung jawab.
    •  Dinamika dan krearivitas, yang memungkinkan generasi muda mengadakan pembaharuan dan penyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada, ataupun menyampaikan gagasan/alternative yang baru
    •  Keberanian mengambil risiko, risiko dapat diantisipasi dengan kesiapan pengetahuan, perhitungan dan keterampilan yang baik.
    •  Optimis dan kegairahan semangat.
    •  Sikap kemandirian dan disiplin murni.
    •  Terdidik.
    •  Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
    •  Patriotisme dan nasionalisme.
    •  Sikap kesatria.
    •  Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi. 
      Pemuda memiliki peranan penting demi mewujudkan pembangunan nasional. Sebab pemuda adalah genersi yang memiliki potensi besar untuk terus berkembang, menyerukan gagasannya, serta krativitsanya melalui kegiatan-kagiatan social yang positif, yang dapat memicu pemuda dalam mewujudkan kemajuan bagi pembangunan nasional maupun bagi generasi muda sendiri. Dalam mewujudkannya, pemuda perlu bersosialisasi. Gunanya adalah untuk memebantu individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana bertindak, bagaimana ia berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi baik sebagai individu maupun dalam masyarkat. Kemudian, diperlukan pula pengembangan potensi, baik melalui potensi akademik maupun non akademis. Di Indonesia, salah satu pengembangan potensi akademik yang diwujudkan oleh pemerintah yaitu melalui lomba karya ilmiah tingkat nasional untuk tingkat SLTP/SLTA yang digagas oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal ini pun disambut baik oleh generasi muda, setiap tahunnya jumlah peserta lomba terus menigkat. Masih banyak hal-hal positif lainnya yang dapat dilakukan untuk mengarahkan pemuda agar dapat berperan aktif mengisi pembangunan nasional. Hal-hal tersebut dilakukan agar para pemuda dapat menyalurkan kreativitasnya, berperan dalam masyarakat dengan cara yang elegan dan bermanfaat demi memajukan bangsa dan Negara.